BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 22 Mei 2010

PRINSIP DASAR TEORI PENGUKURAN

I. PENGERTIAN PENGUKURAN

Pengukuran merupakan proses kuantifikasi atau pemberian angka terhadap suatu atribut dan dilakukan dengan cara yang terstandart dan disepakati bersama. Misalnya, kita akan memberikan gambaran mengenai kecepatan mobil. Kita akan memberikan suatu angka yang dapat mendeskripsikan kecepatan tersebut. Untuk itu kita perlu melakukan pengukuran kecepatan. Pernyataan yang mengatakan bahwa sebuah mobil ‘berjalan cepat’ akan memberikan informasi yang tidak cukup akurat mengenai kecepatan karena besarnya subyektivitas makna kecepatan itu. Akan tetapi, apabila kita mengatakan bahwa mobil A berjalan dengan kecepatan 45 km/jam maka angka tersebut dapat memberikan gambaran kuantitatif yang lebih obyektif mengenai kecepatan yang kita maksudkan.
Pengukuran terdiri dari aturan-aturan yang nyata dan jelas untuk menyajikan angka-angka pada suatu obyek sebagai cara merepresentasikan kuantitas sebuah atribut. Ilmu pengukuran digunakan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes, sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel.

II. CIRI-CIRI PENGUKURAN DIMENSI FISIK DAN NON FISIK
Atribut-atribut fisik seperti berat, kecepatan, tinggi, dan semacamnya dihasilkan oleh pengukuran yang menggunakan skala fisik, dan hasilnya dapat disajikan dalam suatu kontinum yang dinamakan kontinum fisik. Sedangkan atribut psikologis seperti kecerdasan (intelegensi), kepribadian, dan semacamnya dapat diukur dengan menggunakan skala psikologis dan hasilnya dapat disajikan dalam suatu kontinum yang dinamakan kontinum psikologis.
Karakteristik pengukuran antara lain :
1) Pengukuran merupakan perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya.
2) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
3) Hasilnya bersifat deskriptif.

DIMENSI FISIK
• Atribut yang diukur kasad mata.
Misalnya mengukur meja, atributnya adalah panjang atau lebar meja.

DIMENSI NON-FISIK (PSIKOLOGIS)
• Atribut yang diukur tidak kasad mata.
Misalnya mengukur motivasi,
Oleh karena itu diukur adalah indikator perilaku yg mencerminkan motivasi sso


Pengukuran harus terstandarisasi. Sebuah pengukuran tidak terstandarisasi jika aturan-aturannya tidak jelas dan tidak praktis digunakan, atau jika memerlukan berbagai macam kemampuan individu pada saat melakukan pengukuran.Pengukuran memerlukan proses abstraksi. Apabila atribut tidak diabstraksi secara nyata dan jelas, maka akan membuat konsep sebuah pengukuran sulit untuk dipahami.
Angka-angka digunakan untuk menyajikan sebuah kuantitas. Perhitungan dalam pengukuran psikologi menyangkut tentang seberapa jauh suatu atribut-atribut menggambarkan sebuah obyek, untuk itu digunakan angka-angka untuk menyajikan jumlahnya.
Obyek dalam psikologi berupa atribut-atribut pada manusia. Misalnya, persepsi tentang sebuah bentuk geometris, atau jumlah kata yang dieja dengan benar. Dalam hal yang lain, obyek bisa berupa obyek material.

III. PROBLEM-PROBLEM YANG TERJADI PADA PROSES PENGUKURAN
• Atribut bersifat latent atau abstrak.
Dalam ilmu psikologi, pengukuran dilakukan pada atribut yang tidak kasat mata seperti intelegensi, kepribadian, dan motivasi. Oleh karena itu, pengukuran dalam psikologi sebenarnya adalah mengukur indicator perilaku yang merepresentasikan atribut yang ingin diukur.
• Indikator perilaku terbatas.
Indicator perilaku yang akan diukur bersifat terbatas, karena
• Respon dipengaruhi variabel lain.
• Atribut tidak bersifat stabil.
• Interpretasi hanya bersifat normatif.

1 komentar:

ukhti mengatakan...

Boleh minta sumber? Trims