BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 24 Mei 2010

Pengaruh Pelatihan Tawa terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Siswa Kelas XII yang SMPTN

Psikologi Eksperimen


A. Latar belakang
Zaman sekarang ini penderita stress meningkat, baik di kalangan dewasa, lanjut usia bahkan remaja. Stress adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik, tetapi karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Banyak hal yang memicu timbulnya stress dikalangan masyarakat. Jenis stressor sangat beragam dan berbeda-beda pada masing-masing individu seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, Pre Menstrual Syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut. (”Stres”, 2009).

Stress pada manusia merupakan fenomena kesehatan yang telah dipelajari selama lebih dari puluhan tahun. Patel (1996:3, dalam wulandari, 2003:28) menyatakan bahwa stress merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang biasa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantagan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus menghadapi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Untuk itu, manusia berusaha mengatasinya dengan menciptakan keseimbangan, yaitu menyesuaikan dengan keadaan di luarnya.
Sumber utama stress adalah lingkungan, badan dan pikiran. Lingkungan selalu membuat manusia harus memenuhi tuntutan dan tantangan, karenanya merupakan sumber stres yang potensial. Mengalami bencana alam, cuaca buruk, kemacetan lalu-lintas, dikejar waktu, masalah pekerjaan, rumah tangga, dan hubungan antar manusia. Dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi keuangan, pindah kerja, atau kehilangan orang yang kita cintai. Sumber stress kedua adalah tuntutan dari tubuh kita untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan faali yang terjadi. Contohnya: perubahan yang terjadi waktu remaja, perubahan fase kehidupan akibat fluktuasi hormon dan proses penuaan. Selain itu, datangnya penyakit, makanan yang tidak sehat, kurang tidur dan olah raga akan mempengaruhi respons terhadap stres. Potensi stres utama juga datang dari pikiran kita yang terus-menerus menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan. Interpretasi kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi menentukan apakah kita stres atau tidak. Sehingga stress mempunyai dampak besar terhadap diri kita, antara lain dampak fisik, emosional, dan perilaku. (Albert Maramis, M.D,1999).Mengingat dampak stress yang terus-menerus akan berbahaya bagi tubuh maka banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi stress tersebut, salah satu cara yang efektif, efisien, dapat dilakukan kapanpun, dimanapun, dan tidak banyak biaya adalah tertawa.
Tertawa adalah obat alami bagi tubuh. Tawa memperkuat daya tahan tubuh, melepaskan ketegangan pada tubuh dengan menurunkan level hormon stres, kortisol, dan adrenalin. Tertawa juga baik bagi jantung. Budhi Setianto, ahli penyakit jantung pada Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta mengatakan bahwa tertawa memang bisa mengurangi stres. Penelitian dari Stanford University di California menemukan bahwa tertawa terpingkal-pingkal, tawa dari perut, selama 20 detik dapat memperkuat jantung sama halnya dengan melakukan olahraga dayung selama 3 menit. Penelitian lain dari Universitas Maryland juga mengatakan bahwa tertawa dapat mencegah penyakit jantung. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa para penderita jantung sulit tersenyum dan tertawa dalam kondisi yang sama yang dialami oleh orang yang tidak menderita penyakit jantung.
Pada saat tertawa lepas terjadi proses biologis dan psikologis positif. Pembuluh darah melebar, oksigen yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak, sehingga sel tubuh mendapatkan nutrisi dan sistem kekebalan tubuh meningkat, kondisi otak berada pada gelombang alfa (titik nol pikir atau zero mind). Tertawa meningkatkan kadar endorphin yang mengurangi rasa sakit akibat radang sendi atau kejang otot. Lebih dari 70% penyakit seperti tekanan darah tinggi, jantung, kecemasan, depresi, batuk-batuk, dan flu, gangguan pencernaan, insomnia, berbagai alergi, asma, gangguan haid, sakit kepala dan bahkan kanker mempunyai hubungan dengan stress. Tawa juga terbukti dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan yang merupakan kunci utama untuk mempertahankan kesehatan (kataria, 2004:1). Tertawa meningkatkan sejumlah sel yang memproduksi antibodi dan meningkatkan efektivitas T-Cells (sel yang masuk ke dalam grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada sistem kekebalan tubuh) dalam tubuh. Banyak khasiat tertawa, untuk itu tertawa digunakan sebagai terapi untuk mengurangi stress. Sehinggga diadakan riset yang berkelanjutan di bidang medis dan ilmiah yang membuktikan bahwa tertawa bisa menjadi terapi pelengkap yang sangat baik ketika digunakan bersamaan dengan perawatan konvensional.
Dari manfaat tawa itulah maka berkembang terapi tawa. Terapi tawa dirumuskan oleh Dr Madan Kataria asal Mumbai, India pertengahan tahun 1995 dan menulis buku berjudul buku Laugh for No Reason yang banyak berbicara tentang terapi dan senam tertawa karena menurutnya tawa punya khasiat sama dengan meditasi, bisa membuat orang rileks dan santai. Tertawa yang dimaksud adalah tertawa yang datang dengan sendirinya dari dalam diri kita tanpa bantuan atau rangsangan dari luar seperti banyolan atau lawakan. Jadi, pelatihan tawa harus dibantu instruktur atau terapis.
Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang pelatihan tawa yang ditulis dalam skripsinya (Micha Catur F,2006) menyakan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian pelatihan tawa terhadap penurunan tingkat Stress Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Desa Kebon Agung Kecamatan Porong. Sehingga peneliti tertarik mengujikannya pada subyek yang lain.
Tawa juga efektif untuk mengurangi stress pada remaja terkait persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, seperti masalah pendidikannya. Pertengahan tahun ini, para pelajar khususya siswa SMA kelas XII mempersiapakan diri untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mereka mulai menentukan pilihan sekolah lanjutan mana yang akan mereka tuju tentu saja sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan tanpa adanya paksaan ataupun kebimbangan yang berlebihan tentang apa yang menjadi pilihannya. Mereka dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada kecemasan berkaitan dengan ujian ataupun masalah perkuliahan lainnya. Mereka dapat memenuhi tuntutan masyarakat sesuai dengan tugas perkembangan mereka yaitu selayaknya melanjutkan ke perguruan tinggi dan mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat. Akan tetapi fenomena yang terjadi dikalangan pelajar justru tidak semudah itu, banyak sekali persoalan dan tantangan yang harus dihadapi yang beasal dari tuntutan akademik dan tuntutan sosial. Hal ini menimbulkan stress bagi siswa, tidak jarang dari mereka yang mengalami depresi, kebosanan, dan penurunan kondisi kesehatan.
Berdasarkan beberapa artikel di surat kabar dan internet menyakan bahwa stress yang dihadapi siswa kelas XII SMA menjelang SNM-PTN disebabkan oleh hal-hal berikut:
• Bingung memilih bidang kuliah sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya khususnya orang tua. Apalagi jika keinginan orang tua tidak sesuai dengan apa yang diinginkan anaknya.
• Tekanan dari orang tua yang mengharuskan anak untuk masuk ke Universitas.
• Biaya kuliah yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi orang tua
• Kecemasan menghadapi ujian SNM-PTN
• Kecemasan melakukan kesalahan sebelum atau saat ujian
• Kecemasan jika gagal masuk perguruan tinggi yang diharapkan.

Stress yang terus-menerus dialami para siswa kelas XII menjelang SNM-PTN dapat menimbulkan dampak buruk. Oleh karena itu, peneliti menyusun dan mempraktikkan sebuah metode untuk mengurangi stress yang terjadi di kalangan siswa kelas XII yaitu dengan pelatihan tawa. Pelatihan tawa ini sebenarnya adalah terapi tawa yang telah diadaptasi karena waktu melakukan latihan ini cukup singkat. Para profesional yakin bahwa tawa mempunyai fungsi pencegahan dan pengobatan, tetapi sepertiga orang telah melupakan cara tertawa ketika beranjak dewasa karena berbagai masalah yang dihadapi. Dengan model penelitian eksperimen ini, diharapkan peneliti dapat mengetahui pengaruh terapi tawa terhadap penurunan tingkat stress sehingga cara ini dapat berguna dan dapat terus dilakukan dalm mengatasi stress yang kerap kali muncul.

Daftar Pustaka

Catur Firmanto, Micha. 2006. Pengaruh Pelatihan Tawa terhadap Penurunan Tingkat Stress Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Desa Kebon Agung Kecamatan Porong. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Airlangga Surabaya : Fakultas Psikologi.

Christian M, Jacken T.A, A. Ryan, Sith Caeth. 2005. Jinakkan Stress Kiat Hidup Bebas Tanpa Tekanan. Bandung : Nexx Media Inc.

Dian Ariana, Atika. 2005. Efektifitas Terapi Humor terhadap Penurunan Tingkat Stress pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Airlangga Surabaya : Fakultas Psikologi.

Lestari Esterina, Fitri. 2008. Pengaruh Pelatihan Tawa terhadap Penurunan Tingkat Stress pada Lanjut Usia (Lansia) yang Tinggal di Panti Werdha Haryo Dedali. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Airlangga Surabaya : Fakultas Psikologi.

Maramis, Albert. (1999). Stres. Yahoo [on-line]. Diakses pada tanggal 6 April 2009 dari http://www.geocities.com/almarams/Stres.htm.


Sehat dengan terapi tawa. 2005. Kompas [On-line]. Diakses tanggal 11 April 2009 dari http://www2.kompas.com/kesehatan/news/0501/20/112327.htm.

Stres. 2009. Diakses tanggal 6 April 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Stres.
Terapi Tawa (3 Oktober 2008). Diakses tanggal 8 April 2009 dari http://www.untukku.com/artikel-untukku/terapi-tertawa-untukku .html.

Seleksi masuk ptn nas (2009). Diakses tanggal 11 April 2009 dari http://neutronyk.wordpress.com/tag/uan/

Lets see our heart part 3

PADA SAAT TUHAN MENCIPTAKAN PARA IBU

Ketika itu, Tuhan telah bekerja enam hari lamanya untuk menciptakan ibu.
Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut:
"Tuhan, banyak nian waktu yg Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini?" Dan Tuhan menjawab pelan: "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?
Ibu ini harus waterproof (tahan air / cuci) tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak lekas capei. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya.
Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan anak-anaknya.
Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukkan hati anaknya.
Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, dan Enam pasang tangan!!
Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya "Enam pasang tangan....?"
"Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana
sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik...." balas Tuhan.
Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.
"Bagaimana modelnya?" Malaikat semakin heran.
Tuhan mengangguk-angguk.
"Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya: "Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?", padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. "Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh.
Artinya,ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat, dan sepasang mata ketiga
untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata: "Saya mengerti dan saya sayang padamu nak". Meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun.
"Tuhan", kata malaikat itu lagi, "Istirahatlah",
"Saya tidak dapat, Saya sudah hampir selesai"

Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit.
Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging.
Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi....

Malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan.
"Terlalu lunak", katanya memberi komentar.
"Tapi kuat", kata Tuhan bersemangat. "Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita." "Apakah ia dapat berpikir?" tanya malaikat lagi.
"Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi", kata Sang Pencipta.

Malaikat menyentuh sesuatu di pipi. "Eh, ada kebocoran disini"
"Itu bukan kebocoran", kata Tuhan. "Itu adalah air mata.... air mata kesenangan,
air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata...., airmata...."

Akhirnya Malaikat berkata pelan pada pembaca.........:
" JIKA KAMU MENCINTAI IBUMU, KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN,
AGAR SELURUH ORANG DI DUNIA INI DAPAT MENGHORMATI, MENCINTAI DAN
MENYAYANGI IBUNYA"

Lets see our heart part 2

Marah...

Adalah seorang anak yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah.
Sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah...

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah...
Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang... Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar......

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya...

Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar
ia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah....

Hari-hari berlalu dan anak itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya... Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar.... "hmm...?

Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya, ketika kamu mengatakan 'sesuatu' dalam kemarahan...

Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hati orang lain.
Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf...Luka itu akan tetap ada... dan luka karena kata-kata adalah lebih pedih dari pada luka fisik.

Maka... Ambilah semenit dari waktumu untuk merenungkan hal ini….

Lets see our heart part 1

Perumpamaan: Mencari Pasangan Hidup ......

Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik, ia mempunyai banyak
sekali emas dan kuningan, karena terlalu banyak sehingga antara emas dan
kuningan tercampur menjadi satu. Suatu hari raja yang baik hati ini
memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu
mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka.

Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit
sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang
emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan
dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari
emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi. Tetapi raja
menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang
mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja dikebun raja dan merawat
pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan
kadar karat itu sedikit demi sedikit.

Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya.
Mereka datang dari penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan
berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu, waktu yang diberikan kepada
mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari
untuk memilih, setengah hari untuk merenungkan, dan setengah hari lagi
untuk memutuskan.

Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena
tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka.

Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya
kepada salah seorang rakyatnya, "apa yang kau amat-amati, sehingga satu
setengah hari kau habiskan waktumu disini?", jawab orang itu "tentu saja
aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu", lalu
tanya prajurit itu lagi "seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada,
atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja
mencarinya?, sedangkan waktumu sangat terbatas", jawab orang itu lagi
"tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku
begitu waktuku habis".

Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat
perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya "hai
orang kaya apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari
cukup?" ,jawab orang kaya itu "bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa
mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah keuntunganku".

Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka
tampak olehnya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam
kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu "mengapa engkau diam disini?,
tidakkah engkau memilih emas-emas itu? atau tekadmu sudah bulat untuk
mengambil emas itu?",mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam
saja, maka prajurit itu bertanya lagi "atau engkau yakin bahwa itulah emas
24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?", orang
itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat
lagi "tidakkah engkau mendengar pertanyaanku?", sambil menatap prajurit,
orang itu menjawab "tuan saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana
yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini,
sayapun tidak tahu, berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini
hanya kuninganpun saya juga tidak tahu", "lalu mengapa engkau tidak mencoba
bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu" tanya
prajutit itu lagi. "Tuan emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut
saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang
1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja
untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting" jawabnya lugu.
Prajurit ini semakin penasaran "mengapa bisa begitu?", "bagi saya berapapun
kadar karat emas ini cukup buat saya,karena kalau saya bekerja, saya
membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas tuan" prajurit
tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan
perkataannya "lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas
yang sudah saya ambil", "tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan
menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu?" tanya prajurit lagi,"saya
sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah
saatnya saya mengambil keputusan, jika saya gantikan emas ini dengan yang
lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya
memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk
menjadikannya emas yang murni", tak lama lagi lonceng istana berbunyi,tanda
berakhir sudah kegiatan mereka.

Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata "wahai
rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang
telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan
menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal diatas maka
orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raja" kata-kata
raja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi dihadapan
rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal "dan ketahuilah, bahwa
sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian
semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah
jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah
hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian
semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku
menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang
datang kepadaku untuk menanyakannya".

Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan
selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas
rakyatnya.

dikutip dari :
Kumpulan Sharing dan Cerpen
Judul Asli : When We Have to Choice
Penulis : Diah Rahayu A
Copyright C 00-01 by Diah Rahayu A
------------------------------------------------------------------------
Berharap melalui alkisah diatas kita dapat merefleksi diri dalam mencari
pasangan hidup :

1.Bagi yang sedang mencari pasangan (setengah hari untuk memilih)

Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna,
jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu
menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Tuhan jadi berdoalah
untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda


2. Bagi yang telah memperoleh pasangan (setengah hari untuk merenungkan)
Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat,
ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat.
Diluar, memang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, sama dengan
rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada saat kita sudah
mendapatkannya, belum tentu waktu kita melepaskannya kita
mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa
telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai
secara objektiv siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi
sangat penting dalam menjalin hubungan),
dan menyelaraskan hati Anda bersamanya, begitu Anda tahu tentang
hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik
dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah,
tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak,
Anda mengusahakan perubahannya atau tidak,
"cinta selalu berjuang", dan jangan anggap tidak pernah ada masalah
dalam jalan cinta Anda, justru jika dalam tahap ini
Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda
(tidak pernah bertengkar mungkin) Anda malah harus berhati-hati,
karena ini adalah hubungan yang tidak sehat,
berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda,
yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan
komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya.
Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari
lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan,
akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.

3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan)

Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil
keputusan untuk memilihnya, jangan berfikir untuk mengambil
keuntungan dari pasangan Anda, jika ini terjadi berarti Anda
egois, sama halnya dengan orang kaya diatas, dan dengan demikian
Anda tidak pernah puas dengan diri pasangan Anda, maka tidak
heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa
menyesal dengan pilihan Anda sendiri, jangan kuatir raja selalu
memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya.
Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda, dan
Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian
bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai,
menikah lagi dan bercerai lagi???, ingatlah si dia adalah hadiah,
siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan
Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk
memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau
meyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda
sebagaimana hadiah terindah yang telah Tuhan berikan. Dan apapun
yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan,
karena Dia yang memiliki hati setiap manusia.

Sabtu, 22 Mei 2010

DEPRESI

Depresi merupakan kondisi emosionalyang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan perasaan bersalah, menarik dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan dan hasrat seksul, serta minat kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi sering kali berhubungan atau komorbid dengan berbagai masalah psikologis lain seperti serangan panic, penyalahgunaan zat, disfungsi seksual, dan gangguan kepribadian. Orang sangat sulit untuk memusatkan pikiran sehingga itu hal merupakan hal yang sangat melelahkan. Mereka tidak dapat dengan mudah memahami apa yang mereka baca dan apa yang katakan pada mereka. Orang-orang yang depresi bebeicara dengan lambat, setelah lama terdiam, hanya menggunakan beberapa kata dan nada suara rendah secara monoton. Banyak yang lebih suka duduk sendirian dan berdiam diri. Kadang mereka bergerak cepat, meremas tangan, selalu mengeluarkan suara mengeluh dan menyampaikan keluhan.

Bila orang yang depresi dihadapkan pada suatu masalah, mereka tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya. Setiap moment menjadi sangat berat dan kepala mereka terus menerus dipenuhi dengan pikiran menyalahkan diri sendiri. Orang-orang yang depresi dapat mengabaikan kebersihan dan penampilan merekadiri serta mengeluhkan berbagai simtom-somatik tanpa gangguan fisik yang jelas (Simon dkk, 1999). Mereka merasa sangat berkecil hati dan benar-benar tidak memiliki harapan serta inisiatif, mereka selalu merasa khawatir, cemas, dan pesimis hamper sepanjang waktu.
Depresi pada anak-anak sering kali mengakibatkan keluhan somatik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sedangkan pada orang tua, depresi sering kali ditandai oleh ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan keluhan hilangnya memori.

Kriteria depresi dalam DSM-IV-TR:
  • Mood sedih dan tertekan, hampir sepanjang hari, hampir setiap hari selama dua minggu atau kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala dibawah ini
  • Sulit tidur (insomnia); pada awalnya tidak dapat tidur, tidak dapat tertidur bila terbangun ditengah malam, dan bangun pada dini hari atau pada beberapa pasien, keinginan untuk tidur selama mungkin.
  • Perubahan kadar aktivitas, menjadi lemas (retardasi psikomotorik) atau terlalu bersemangat.
  • Nafsu makan sangat berkurang dan berat badan turun, atau nafsu makan meningkat dan berat badan bertambah. Kehilangan energy, sangat fatik. Konsep diri negatif, menuding dan menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berarti dan bersalah.
  • Mengeluh sulit berkonsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir dan tidak dapat mengambil keputusan
  • Pikiran tentang kematian dan bunuh diri yang terus menerus timbul.

Depresi memiliki kecederungan untuk berulang. Sekitar 80% penderita kembali mengalami episode,dan rata-rata jumlah episode, yang umumnya berlangsung selama tiga sampai lima bulan adalah sekitar empat episode (Judd, 1997). Sejumlah studi menyatakan bahwa para penderita depresi menunjukkan lebih sedikit ekspresi wajah positif dan menuturkan memiliki lebih sedikit emosi yang menyenangkan ketika mendapatkan stimulus yang menyenangkandibanding dengan orang-orang yang tidak menderita depresi ( Berenbaum & Oltmans, 1992). Orang-orang yang mengalami depresi memilki skor afek negatif yang tinggi, skor afek positif dan kecemasan yang rendah.

Simptom atau gejala depresi cukup bervariasi bergantung pada tingkatan usia dan variasi antar budaya. Depresi pada anak-anak sering kali mengakibatkan keluhan somatik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sedangkan pada orang tua, depresi sering kali ditandai oleh ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan keluhan hilangnya memori.. Depresi yang bergantung pada usia adalah depresi yang terjadi pada anak-anak dan remaja, dimana pada variasi ini faktor genetik sangat memegang peranan. Interaksi orang tua yang negatif juga menyebabkan terjadinya depresi pada anak. Anak-anak yang mengalami depresi memiliki keterampilan sosial yang rendah dan hubungn yang tidak baik dengan teman maupun dengan saudara kandungnya. Kritisme yang sering disampaikan orang tua dapat merusak rasa kompetensi anak dan manda diri si anak(Cole & Turner, 1993; Stark dkk., 1996).

Dalam tulisannya yang terkenal “Mourning and Melancholia”, Freud (1917/1950) berteori bahwa potensi depresi diciptakan pada awal masa anak-anak. Dalam periode oral, kebutuhan seorang anak dapat kurang terpenuhi atau justru berlebihan, sehingga menyebabkan orang terfiksasi pada tahap ini dan bergantung pada pemenuhan kebutuhan instingtual yang merupakan ciri dati tahapan ini. Terbawanya fiksasi pada masa oral tersebut dalam tahap kematangan psikososial dapat membuat individu menjadi orang yang sangat bergantung pada orang lain untuk mempertahankan harga dirinya. Menurut teori psikoanalisa, depresi masa anak-anak juga menjadi kecenderungan individu pada masa dewasa karena adanya analisis rasa duka. Freud mengemukakan hipotesis bahwa setelah kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian ataupun kurangnya kasih sayang atau perhatian dari orang tua yang sering terjadi pada anak-anak, maka akan menyebabkan orang tersebut akan meleburkan dirinya dengan orang yang telah meninggalkannya, mungkin sebagai upaya sia-sia untuk mengembalikan kehilangkan tersebut. Karena, Freud berpendapat, secara tidak sadar ita menyimpan berbagai perasaan negatif terhadap orang-orang yang kita cintai, orang yang bersangkutan kemudian menjadi obyek kebencian dan kemarahannya sendiri. Selain itu, orang yang bersangkutan tidak suka diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap orang yang meninggalkannya tersebut.

Menurut teori tersebut, kemarahan orang yang ditinggalkan terhadap orang yang meninggalkannya akan dipendam dan berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan. Orang yang tidak mandiri diyakini sangat rentan mengalami depresi. Teori ini merupakan dasar pandang psikodinamika yang diterima secara luas yang menganggap depresi sebagai kemarahan terpendam yang berbalik menyerang diri sendiri.


Referensi:

Davidson, Geralld, dkk. 2006. Psikologi Abnormal (Terjemahan) (Ed.9). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Tingkat Depresi pada Calon Legislatif yang Kalah dalam Pemilu 2009

Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum (pemilu) merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan demokrasi dan penentuan masa depan bangsa Indonesia karena merupakan ajang untuk menghasilkan para pemimpin bangsa yang akan duduk dalam kursi pemerintahan. Pemilu adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu baik di eksekutif maupun legislatif. Pemilu diikuti oleh rakyat untuk memilih dan menentukan wakil rakyat yang duduk di DPD, DPRD tingkat I, DPRD tingkat II dan penentuan partai besar utama, presiden dan wakil presiden.

Proses pemilu pada pada tahun 2009 berbeda dengan pemilu tahun 2004. Sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi maka yang berhak menduduki kursi wakil rakyat adalah yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilu bukan seperti pada pemilu 2004 yang berdasarkan nomor urut caleg dalam partai. Sehingga masyarakat dapat bebas memilih langsung anggota legislatif. Dan para caleg harus berusaha sendiri untuk memperkenalkan dirinya ke publik, hanya sedikit campur tangan dari partainya, sehingga biaya harus mereka tangung sendiri di pemilu tahun 2009.

Banyak caleg yang mendaftarkan dirinya untuk dipilih dalam pemilu. Data pemerintah menunjukkan bahwa jumlah kursi yang diperebutkan tidak sebanding dengan jumlah peserta pemilu khususnya para calon legislatif yang jauh lebih besar jumlah pendaftarnya. Contohnya: Di DKI Jakarta terdapat 2.268 calon anggota DPRD provinsi untuk 94 kursi, 606 calon anggota DPR untuk 21 kursi, dan 41 calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk empat kursi saja.. Jumlah kursi anggota DPR ditetapkan sebanyak 560 yang diperebutkan oleh 11.868, sehingga rata-rata perbandingannya hampir 1:20. Jumlah yang tak sebanding dengan minat masyarakat untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Perbandingan yang cukup besar dengan peluang yang sangat kecil. (Satu Caleg Gila, Satu Lagi Setengah Gila, 2009)
Syarat untuk menjadi peserta dalam caleg relatif mudah, syarat utamanya WNI berumur 21 tahun dan berpendidikan minimal SMA atau sederajat. Sehingga tidak mengherankan jika jumlah pesertanya sangat banyak dari berbagai parpol yang ada. Calon yang mendaftar untuk anggota legislatif relatif baru dan tidak semua mempunyai pengalaman tentang dunia politik. Mereka juga tidak begitu dikenal oleh masyarakat. Sehingga berbagai cara dilakukan untuk menarik simpati masyarakat dengan harapan mendapatkan kursi legislatif. Mereka rela mengorbankan apapun yang dimiliki seperti waktu, tenaga, pikiran dan juga uang untuk dana kampanye agar mereka dapat lebih dikenal oleh masyar akat. Setelah ditelusuri, ternyata tidak sedikit para caleg yang terpaksa memimjam uang untuk membiayai dana kampanyenya. (Suara Terbanyak, 2009)

Dari keadaan tersebut, tidak semua calon legislatif siap dengan berbagai resiko yang mungkin terjadi jika mereka kalah dalam pemilu. Para caleg yang ikut kompetisi sebagai wakil rakyat dalam Pemilu, semuanya merasa yakin berhasil. Sehingga ketika pemilu telah dilaksanakan dan hasilnya tidak sesuai target yang diharapkan menyebabkan frustasi pada caleg yang tidak terpilih itu. Di TV sudah sering ditayangkan berbagai kasus caleg yang bunuh diri karena kalah dalam pemilu. Belum lagi yang menjadi tidak waras, selalu menyendiri di kamar dan berbagai tingkah aneh lainnya. (Suara Terbanyak, 2009)

Lima calon legislator rata-rata karena mengalami depresi dan stres yang teramat, sehingga bila tidak segera diatasi akan mengalami gangguan kejiwaan. "Rata-rata mereka stres berat yang mengakibatkan depresi, karena terlalu beramibisi menjadi wakil rakyat dan optimis memperoleh suara," kata Direktur RSMM, Dr. Irwani Muthalib, Jumat 10 April 2009. (Dua Caleg masuk RSJ, 2009).

Sedangkan laporan dari Kesehatan Jiwa Masyarakat (BKJM) Kalawa Atei Palangkaraya merawat lima pasien gangguan pascapemilu 9 April, dua di antaranya merupakan calon anggota legislatif (caleg) dan tiga lainnya simpatisan partai politik (parpol). Kepala BKJM Kalawa Atei Palangkaraya, Wineini Marhaeni Rubay mengatakan “Salah seorang caleg datang sudah dalam kondisi aneh pada 10 April lalu, dan sempat mendapat perawatan darurat, sebelum akhirnya dikirim ke Yayasan Joint Adulam Ministry, Palangkaraya, tempat penampungan orang-orang "gila". Ia mengatakan, caleg tersebut diketahui memiliki perilaku aneh pascapemilu, seperti tidak mau mandi, tidak mau makan, mengurung diri, merasa bersalah dan tidak berguna. (Satu Caleg Gila, Satu Lagi Setengah Gila, 2009)

Keadaan seperti itu dapat disebut depresi. Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan perasaan bersalah, menarik dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan dan hasrat seksual, serta minat kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Bila orang yang depresi dihadapkan pada suatu masalah, mereka tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya. Setiap moment menjadi sangat berat dan kepala mereka terus menerus dipenuhi dengan pikiran menyalahkan diri sendiri. (Gerald C dkk, 2006)

Depresi pada umumnya mengacu pada mood tidak bahagia, merasa sedih, murung, muram, dan merasa terpisah dari orang lain. Orang-orang yang depresi bebeicara dengan lambat, setelah lama terdiam, hanya menggunakan beberapa kata dan nada suara rendah secara monoton. Banyak yang lebih suka duduk sendirian dan berdiam diri. Kadang mereka bergerak cepat, meremas tangan, selalu mengeluarkan suara mengeluh dan menyampaikan keluhan.
Bila orang yang depresi dihadapkan pada suatu masalah, mereka tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya. Setiap moment menjadi sangat berat dan kepala mereka terus menerus dipenuhi dengan pikiran menyalahkan diri sendiri. Orang-orang yang depresi dapat mengabaikan kebersihan dan penampilan merekadiri serta mengeluhkan berbagai simtom-somatik tanpa gangguan fisik yang jelas. Mereka merasa sangat berkecil hati dan benar-benar tidak memiliki harapan serta inisiatif, mereka selalu merasa khawatir, cemas, dan pesimis hampir sepanjang waktu. (Simon dkk, 1999 dalam Gerald C. Davidson).

Depresi yang dialami para caleg disebabkan ketidaksiapan mereka untuk menerima kenyataan. Seharusnya para caleg yang akan mendaftar sebagai peserta pemilu hendaknya menyiapkan mental dan mengantisipasi segala hal yang mungkin akan terjadi sehingga ketika mereka kalah mereka dapat menerima kenyataan itu. Mereka dapat menerima dengan lapang dada dan mengontrol emosi yang mungkin timbul saat menghadapi kekalahan sehingga emosinya dapat diekspresikan dengan baik.

Orang yang dapat mengontrol emosinya itu merupakan salah satu kriteria dari kematangan emosi. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa kematangan emosi pada diri individu adalah kemampuan individu untuk menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang, sehingga akan menimbulkan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke emosi atau suasana hati yang lain. Individu dikatakan telah mencapai kematangan emosi apabila mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya sesuai dengan taraf perkembangan emosinya. Kriteria-kriteria lain dari kematangan emosi adalah kemampuan untuk beradapatasi dengan realitas, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahaan, kemampuan untuk menemukan kedamaian jiwa dari memberi dibandingkan dengan menerima, Dapat meredam instink negatif menjadi energi kreatif dan konstruktif.
Kematangan emosi ini mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Orang yang matang emosinya memiliki kekayaan dan keanekaragaman ekspresi emosi, ketepatan emosi dan kontrol emosi. Hal ini berarti respon-respon emosional seseorang dapat disesuaikan dengan keadaan stimulus namun ekspresinya tetap memperhatikan kewajaran dan kesopanan. Gejolak-gejolak emosi dapat diatasi dengan baik dalam berbagai macam situasi dimana individu itu berada. Orang yang matang secara emosional akan dapat mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan dimasa sekarang dan akan datang serta semua masalah dapat dihadapinya dengan baik.

Sehingga diasumsikan caleg yang memiliki kematangan emosi akan lebih tahan mentalnya dan tidak mengalami depresi ketika kalah dalam pemilu. Mereka dapat mengontrol emosinya dengan baik dan mengelola faktor-faktor perilaku yang negative sesuai dengan situasi dan kondisi masalah yang dihadapi. Untuk itu, peneliti ingin melihat hubungan antara kematangan emosi dengan tingkat depresi pada caleg yang kalah dalam pemilu 2009. Agar dapat dilakukan tindakan selanjutnya untuk mengatasi depresi itu.

Daftar Pustaka:

Davidson, Geralld, dkk. 2006. Psikologi Abnormal (Terjemahan) (Ed.9). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hurlock, Elisabeth B. 1980.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Dua Caleg Masuk RSJ (2009, 14 April). Diakses 26 Maret 2009. http://www.gatra.com/2009-04-14/artikel.php?id=125005

Gagal Jadi Anggota Parlemen, Caleg Jadi Frustasi (2009, 25 April). Diakses tanggal 26 Maret 2009. http://www.banjarnegarakab.go.id/menu.php?name=Berita&file=article&s id=645
Satu Caleg Gila, Satu Lagi Setengah Gila (2009, 14 April). Diakses 26 Maret 2009. http://regional.kompas.com/read/2009/04/14/14351122%20/satu.caleg.gila .satu.lagi.setengah.gila

Suara Terbanyak (2009, 27 Maret) diakses tanggal 26 Maret 2009.http://www.surya.co.id/2009/04/06/gila-caleg-caleg-gila.html

Bukti Saksi Setelah Peristiwa Kriminal

Kajian Psikologi Forensik

PENGARUH SETELAH INSIDEN

Setelah kejahatan terjadi, hal-hal dapat terjadi pada saksi yang yang mungkin berdampak pada memori mereka. Ini dikenal sebagai post insiden atau penngaruh setelah insiden. Masalah itu sering terjadi pada sistem peradilan criminal yang diluar control, variable sistem pada syarat-syarat Wells, seperti bagaimana saksi diinterview.

Penundaan
Saksi dapat sering dipanggil untuk memberikan bukti-bukti dalam pengadilan dalam waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah kesaksiannya pada peristiwa itu. Haber & Haber (1998) mencontohkan sebuah kasus dimana dua orang bersaudara didekati polisi tentang pembunuhan pada adik mereka setelah 35 tahun. Sistem hukum oleh karena itu telah ada untuk beberapa keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk kasus seperti ini, terutama dimana undang-undang tidak kadaluwarsa, yang berarti bahwa kasus dapat diteruskan beberapa tahun setelah kejadian. Haber & Haber (1998) menyatakan sebuah isu yang dibutuhkan untuk mendapatkan info dalam laporan termasuk memori saksi yang dapat dicemari oleh orang lain atau informasi lain. Dalam sebuah studi eksperimen, Poole & White (1995) mengetes ulang partisipan dalam studi 2 tahun setelah awalnya di tes mereka merecall untuk menyusu sebuah kejadian. Mereka menemukan bahwa setelah 2 tahun orang-orang dewasa lebih sedikit akurat dalam merecall. Penundaan dalam empat minggu telah ditemukan pada level yang lebih rendah dalam merecall dengan benar. Secara keseluruhan, walaupun ada bukti-bukti bahwa kejadian kehidupan nyata mempunyai dampak emosi yang kuat yang secara umum di recall dengan baik bahkan setelah periode yang panjang.

Ada juga beberapa keadaan yang mana memori dapat dilapisi lagi setelah penundaan yang lama disebut sebagai “menemukan kembali memori”. Eksiten dan reliabilitas memori diperdebatkan salah satunya ketika pertanyataan tanpa bukti dari kekerasan seksual anak-anak yang dilakukan setelah waktu yang lama: kemudian korban dewasa dan menemukan kembali beberapa memori dalam terapi. Banyak psikolog klinis percaya bahwa menemukan kembali memori adalah hasil dari represi pasien atau disosiasi memori yang mengancam dari anak-anak, konsep ini didorong ari ide dari pendekatan Freud dan Janet (Brewin & Andrews, 1998). Psikolog kognitif, pada sisi lain meragukan kita dapat dengan benar ‘menemukan kembali’ memori yang telah sebelumnya lupa atau bahkan memori yang secara nyata salah, mungkin diperoleh dari terapi. Sekarang ini telah berpindah pada midlle ground, mengakui bahwa kemungkinan untuk menemukan kembali memori untuk kejadian yang sebelumnya dilupakan tetapi tidak menciptakan memori yang salah pada orang dewasa. Tentu, untuk melengkapi dan kemudian ditemukan kembali tuntutan secara emosional kejadian yang terlihat jarang, sebagai tambahan orang-orang biasanya mempunyai memori yang tegap pada kejadian emosional.

Ada sejumlah teori yang membahas mengapa merecall menjadi sulit setelah beberapa waktu. Satu teori menyatakan bahwa memori kita simple menunda lewat waktu, meskipun sedikit bukti empiris secara langsung dalam hal ini. Ada banyak dan lebih baik bukti-bukti yang ada bahwa memori dapat diinterferensi, keduanya oleh sikap yang ada sebelumnya dan keyakinan stereotype dan informasi baru tentang kejadian sesudah itu yang diperoleh dari yang lain- didiskusikan kejadian dengan saksi yang lain.

Stereotype Dan Sikap Berat Sebelah
Dalam studi klasik saat ini, Bartlett (1932) menyatakan bahwa ketika orang-orang menyampaikan ceritanya pada orang lain, informasi yang diceritakan akan mengandung informasi yang dikonform dengan budaya orang itu terhadap peristiwa yang terjadi. Ini karena orang menyediakan laporan untuk memudahkan pengertian orang yang lain dan jalan yang mereka ambil dengan menggunakan stereotype (Lyons & Kashima, 2006). Stereotype adalah budaya kemudahan dengan cara cepat orang-orang untuk mengerti konsep dan juga penggunaan stereotype seharusnya dihasilkan dalam sharing pemahaman pada apa yang orang katakan. Stereotype diaktifkan ketika beban kognitif kita tinggi dan ketika mempunyai banyak informasi untuk diproses, dan kemudian prosesnya pendek.
Jika kita berpikir tentang scenario saksi yang mungkin terjadi contohnya sebuah perampokan mencakup sebuah senjata dan mungkin mereka telah melaporkan telah melihat senjata padahal faktanya mereka tidak melihat senjata itu ada. Van Knippenberg, dkk menyatakan bahwa keyakinan kita dapat membuat ingatan yang negative tetapi stereotype konsisten dengan informasi tentang pelaku dibawah kondisi beban pikiran yang tinggi. Ray Turkey & Brewer (2003) juga mendukung tentang skema informasi konsisten yang dapat menjadi sedikit rentan terhadap kerusakan dalam periode yang lama dan skema informasi yang tidak konsisten.

Saksi biasanya ingin membantu investigasi dan akan meneruskan kerelaannya untuk memberikan laporan karena berharap untuk melihat peradilan selesai dikerjakan. Walaupun ini dapat menjadi persoalan sebagai saksi yang mungkin mengubah laporan mereka dengan tujuan mempaskan dengan apa yang mereka pikirkan akan membantu atau mereka telah belajar dari orang lain. Ini tidak seharusnya dilakukan dengan sengaja meskipun ini dapat memberikan dampak secara negative pada kasus ini, dalam pengadilan bagian dari laporan saksi yang ditunjukkan tidak benar.
Saksi sering menjawab pertanyaan di sejumlah kesempatan. Hal ini difokuskan pada pertanyaan pengulangan dengan banyak kemunduran memori lewat waktu yang dapat membuat masalah pada laporan saksi mata. Meskipun demikian, ada bukti-bukti secara pada nyata pengulangan wawancara dapat menjalankan bahkan meningkatkan memori utama yang sudah lewat waktu, fenomena ini dikenal dengan hypermnesia. Dunning & Stern (1992) meriew hypermnesia, bahkan penundaan seminggu sebelum wawncara pertama. Walaupun reviewers mencatat bukti-bukti untuk hypermnesia dipengaruhi dengan recall bebas, sebagai pertanyaan yang disusun. Ini mungkin dikarenakan masalah dengang tipe pertanyaan yang sering digunakan.

Pertanyaan
Tulvinng (1974) banyak material yang tidak dapat secara spontan untuk tetap eksis merecall dan dapat mendatangkannya, isyarat asli yang tersedia yang digunakan untuk mengkode material dapat diterima kembali. Cue-Dependent theory of memory dapat melaporkan semua kelupaan adalah didebatkan. Tetapi ada cukup bukti yang mengoptimalkan retrieval environment melalui teknik pertanyaan yang cocok yang dapat membuat perbedaan yang nyata untuk jumlah dan keakuratan informasi yang diberikan oleh saksi.
Pertanyaan dengan kata-kata yang buruk, kalimat yang kompleks, pertanyaan ambigu dan kata-kata yang sulit adalah masalah yang potensial untuk saksi. Masalah kata-kata dalam pertanyaan dapat meningkatkan eror sebelum polisi mewawancarai saksi dan dan sama pentingnya dalam pengadilan. Bentuk pertanyaan dapat membuat sulit saksi untuk menjawab pertanyaan dan sangat mempengaruhi jawaban yang disediakan. Pertanyaan negative (apakah tidak benar kamu melihat pelaku kejahatan memakai jas hitam?) dan dooble negative (pada kasus ini, apakah tidak, pelaku kejahatan tidak memakai jas hitam?) adalah bagian yang sulit bagi saksi untuk menjawabya atau tidak yang diajukan oleh pengacara atau pada pengadilan. Ketika pertanyaan mengarahkan (apakan kamu setuju pelaku kejahatan memakai jas hitam?) ditanyakan mereka dapat membujuk ketidakyakinan saksi untuk menyetujui pertanyaan yang diajukan, terutama situasi tekanan yang tinggi seperti ruangan sidang atau kantor polisi. Ada tipe pertanyaan yang utama dalam stress arena di ruang sidang dan dapat mengarahkan masalah ketika saksi berusaha untuk memberikan bukti terbaiknya. Anak-anak dan saksi dewasa vulnerable juga dapat dipengaruhi oleh factor stress terhadap situasi, kehadiran orang lain dan autoritas dari orang yang bertanya.
Misinformation dapat terjadi oleh pertanyaan, tetapi dapat meningkat dari mendengar atau membaca laporan orang lain pada kejahatan. Saksi mungkin mendiskusikan kejahatan dengan orang lain, teman atau keluarga. Mereka mungkin juga mendengar kejahatan itu dari media. Ini menyangkut efek informasi setelah kejadian pada memori saksi.

Dari diskusi diatas stereotype dan dan tipe bahasa yang digunakan semua dapat mempengaruhi seseorang dalam merecall sebuah peristiwa. Mayoritas kejahatan yang disaksikan oleh lebih dari satu orang, kebanykan dari saksi itu kan mendiskusikan kejadan yang mereka lihat dengan orang lain yang juga berada disitu. Misinformation dalam bentuk pertanyaan mengarahkan, laporan surat kabar, diskusi dengan rekan saksi, atau secara tidak langsung menemukan sesuatu dari rekan saksi. Mereka melaporkan mendapat dan menyesatkan informasi dari rekan saksi lain (tidak masalah langsung atau tidak langsung) sebagai petunjuk untuk mempengaruhi misinformasi yang lebih besar dari pada pertanyaan mengarahkan atau membaca sebuah laporan surat kabar. Menurut Magner Membaca laporan yang menyesatkan pada beberapa orang tidak menunjuk lebih banyak eror pada saksi, tetapi membaca laporan mereka sebelumnya untuk bukti yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Davies, Graham, Clive Hollin, Rau Bull. (Eds.). (2008). Forensic Psychology. West Sussex – England : John Wiley & Sons Ltd.

PERUBAHAN DARI INTEROGASI KE WAWANCARA INVESTIGASI

Kajian Psikologi Forensik

Istilah interogasi berubah dalam bahasa Inggris menjadi wawancara investigai (Milne & Bull, 2003), yang mana telah ditekankan dan dinaikkan pentingnya mengubah sikap terhadap interview polisi. Untuk lebih memahami hubungan sejarah antara teknik mengumpulkan informasi polisi, masyarakat dan penelitian, review singkat dari evolusi interogasi menjadi wawancara investigasi akan disediakan.

Dari jaman dahulu pada awal paruh abad ke-20, beberapa interrogator telah menggunakan tindakan kekejaman untuk mencari fakta kriminal. Tersangka telah mencoba untuk menyembunyikan pengetahuannya dengan diam atau berbohong, dan menurut sejarah, pemilihan metode untuk mendapatkan pengakuan telah menggunakan tekanan fisik dan mental. Münsterberg (1908/1923) menggambarkan interogasi meliputi menggunakan cahaya yang menyilaukan, menyiram dengan air dingin dan pukulan rahasia yang meninggalkan sedikit tanda dan ini tetap digunakan secara teratur oleh polisi dalam beberapa negara pada awal dekade abad ke-20. Opini masyarakat telah dengan kuat melawan metode-metode ini, masyarakat tidak yakin bahwa interogasi efektif dalam mendapatkan kenyataan yang sebenarnya dari tersangka. Hingga awal 1930-an dan mungkin lebih lama, taktik interview polisi pada beberapa Negara secara umum dikarakteristikan dengan kekerasan (Leo, 1992).

Di Swedan, Hassler (1930) menyatakan bahwa interview polisi sebaiknya bersifat menyelidik, ditandai dengan pertanyaan yang koersif. Tersangka sebaiknya, dalam ketiadaan sakit, ancaman atau penipuan yang ditimbulkan, terbujuk untuk menyediakan pengakuan sukarela. Peixoto (1934), dari sudut pandang Brazil berpendapat bahwa “tiga tingkat” itu adalah paksaan dan nilainya meragukan. Pada tahun 1930an dan 1940an, penggunaan metode wawancara paksaan mulai menurun (Leo, 1992). Polisi Swedia direkomendasikan untuk mencoba kepercayaan interviewee dan kemudian membiarkan interviewee bercerita dengan bebas sebelum polisi mulai bertanya dengan pertanyaan terbuka. Leche dan Hagelberg juga menegaskan kebutuhan polisi untuk mengerti reaksi dan emosi orang, harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana fungsi memori manusia, dan mengerti bagaiamana pernyataan dapat diakibatkan oleh taktik yang berbeda yang diadopsi oleh interviewer.

Untuk mengamankan kepercayaan dan menilai kejujuran saksi, Gebert (1954) menekankan kebutuhan untuk memahami kepribadian interviewee. Gebert menyatakan bahwa beberapa interviewee tegang, mereka terlihat merasa bersalah, itu adalah reaksi sebenarnya pada interviewee dan mereka akan menjadi santai hanya ketika mereka yakin bahwa wawancara akan menjadi tingkah laku yang wajar dan dengan cara yang netral. Tahun 1960an polisi mempunyai teknik memperdaya, taktik dan tipu daya yang menjadi kebiasaan dalam mewawancarai tersangka. Seorang psikolog Shepherd melatih polisi dengan mengembangkan sebuah scenario untuk mengatur percakapan dengan setiap orang yang polisi temui. Dalam pelatihan ini, Shepherd menciptakan sebuah terminology Conversation Management (CM). pada teknik ini,yang mana polisi harus sadar dan mengatur interaksi komunikasinya baik verbal maupun non verbal. Managemen percakapan terdiri dari tiga fase: sebelum, saat, dan setelah perilaku wawancara dilakukan.

Dalam fase sebelum wawancara, polisi harus bekerja secara objektif tanpa bias. Kemudian menganalisis secara detail dan mengembangkan pertanyaan untuk dijawab, lalu melakukan persiapan dan wawancara. Sebuah metode yang dikenal dengan SE3R bertujuan untuk membantu investigator secara cepat untuk merekam, menganalisis, mengumpulkan, memproses, dan mendaftar semua informasi dari interviewee dan menuliskan kedalam pernyataan. Lima langkah itu adalah Skim, Extract, Read, Review, dan Recall. Dalam fase saat interview, interviewer didorong untuk memperhatikan empat sub fase: sambutan, penjeasan, aktivitas bersama, dan penutupan. Dalam sub fase sambutan berfokus pada perkenalan yang tepat pada interviewer, yang disebut dengan membangun rapport. Dalam sub fase penjelasan, interviewer harus menetapkan tujuan dan objektif, kemudian mengembangkan interview lebih lanjut. Aktivitas bersama difokuskan dengan memperoleh cerita dari interviewee dan mengklarifikasi pertanyaan dari interviewer. Penutupan adalah fase yang penting dimana interviewer mencoba untuk menciptakan akhir yang positif dari interview, tujuannya agar sama-sama puas dengan isi dan performa dari sesi itu. CM consistent dengan Police dan Criminal Evidence Act (PACE). Adanya PACE membuat kritik tentang metode introgasi yang telah ada dan mendorong penelitian teknik wawancara bagi polisi agar dihasilkan teknik yang lebih efektif.
Untuk menciptakan interaksi komunikasi antara polisi yang mewawancarai dan tersangka, (1991) menegaskan pentingnya interviewer menunjukkan perasaan kemanusiaan pada tersangka, dan menganjurkan Ethical Interviewing (EI) Shephred berpendapat bahwa pendekatan EI member kemampuan untuk dirinya menjadi investigasi profesional. Itu juga meningkatkan kualitas investigasi untuk sukses ynag lebih besar dalam pencegahan kriminal, mendeteksi, dan menghukum pelaku yang bersalah. Pendekatan ini meletakkan pada prinsip etis, berarti bahwa individu menunjukkan saling menghormati dan memperlakukan satu dengan yang lainnya sederajat manusia dengan hak untuk martabat, penentuan diri dan kebebasan bersuara. Hal ini juga menegaskan empati, yang berarti memperlakukan setiap orang dengan tingkat saling mengerti. Akan tetapi para ahli investigator yang menginterview rata-rata menunjukkan lebih sedikit empati dibandingkan dengan pentingnya skill interview.

Baldwin (1992, 1993) mengobservasi rekaman video dan suara dari interview polisi yang menunjukkan kebutuhan akan profesionalisme dan dia mengatakan untuk menggunakan aturan dasar dari latihan interview suara. Para polisi professional menyediakan interview yang adil dan tenang sehinga tersangka dapat mengekspresikan apa yang dimaksukannya. Sebagai tambahan polisi professional yang mewawancarai harus memperhatikan respon tersangka, taktik menghindar menggangu dan paksa. Kemudian, interviewer membuka pikirannya untuk memberikan waktu pada tersangka untuk merefleksikan dan memberi kesempatan untuk mengekspresikan posisi tersangka. Interviewer professional membangun rapport dan mendengar secara aktif respon tersangka. Akan tetapi banyak polisi yang kesulitan untuk membangun rapport dengan tersangka, mengadopsi pendekatan pencarian-pengakuan, dan mendesak tersangka untuk menerima ketetapan sebelumnya dari kejadian kejahatannya, misalnya dengan memaksa tersangka untuk mengakui kalau dialah yang melakukan kejahatan itu. Sebuah problematic ketika polisi menggunakan pendekatan confrontasi dan pencarian-pengakuan. Sejumlah besar interview menemukan dimana bukti-bukti berlawanan dengan terdakwa yang diterima dengan kuat, polisi yang melakuakn wawancara selalu berasumsi mereka bersalah dan mengadopsi pendekatan pencarian-pengakuan. Tetapi ketika bukti-bukti lemah melakuakn pengumpulan informasi. Dan pendekatan terakhir meningkatkan kemungkinan berisi cetita tersangka dari kejadian kejahatan.

Williamson (1993) mengidentifikasi empat tipe yang berbeda pada polisi dalam mencoba mengambil keterangan dari tersangka. Dua tipe diantaranya adalah karakteristik dengan prosedur confession-seeking dan dua lainnya adalah searches for securing evidence. Pendekatan pertama confession-oriented dikonseptualisasikan sebagai collusive, menyatakan secara tidak langsung bahwa tindakan interviewer koopertaif, kebapak-bapakan, menolong, dan dengan problem solving. Pendekatan kedua tipe confession-oriented adalah orang yang dominan, dimana investigator menggunakan pendekatan confrontational dan menunjukkan ketidaksabaran serta emosinya pada tersangka. Ketiga mencakup strategi mengamankan securing evidence disebut sebagai konseling dan terdiri dari kerjasama, tidak emosional dan cara bersikpnya tidak menghakimi. Dan tipe yang keempat, disebut sebagai businesslike dan diputuskan oleh confrontational, kasar, cara bersikap yang factual dan formal, interviewer mencoba untuk mengamankan bukti-bukti. Dalam penelitian William menyatakan bahwa interviewer yang mendapatkan banyak pengakuan kebenaran menunjukkan sikap yang positif kepada tersangka, juga menunjukkan simpatik dan perilaku kooperatif. Sedangkan pada introgasi dominan yang menekan terdsangka melalui pertanyaan yang cepat, polisi akan didapatkan ketidaksimpatikan dan konfrontasi pada tersangka, yang mana respon yang dihasilkan seiring melawan dan menolak.

Ada juga konsep tentang investigative Interview yang dikemabangkan tahun 1990s, hal ini timbul karena respon dari masyarakat umum dan media tentang beberapa metode yang sudah ada. Mnemonic PEACE merupakan Planning and Prepation, Engage dan Explanation, Account, Clarification and Challenge, Closure, and Evaluastion, dimana perupakan fase yang penting dalam interview yang baik (Bull, 1999; Bull & Milne, 2004; Milne & Bull 1999, 2003).

Pertama, interviewer dibantuuntuk merencanakan dengan hati-hati dan menyiapkan diri mereka sebelum interview. Keduanya baik pengalaman polisi dan peneliti telah beulang kali menunjukkan manfaat yang baik dengan menyiapkan interview terlebih dahulu. Yang penting dari perencanaan dan persiapan fase ini adalah biaya yang efektif dan sebagian besar menjadi pokok dan kemampuan krusial yang akan menentukan hasil interview. Planning and Preparation tidak hanya mencakup membaca file kasus dan menjadi terbiasa dengan fakta, tetapi juga mendorong polisi untuk mencari pengetahuan tentang individu yang diinterview, dalam bagian itu, aspek yang mungkin melengkapi atau memfasilitasi interview, contohnya adalah sifat mudah disakiti (rentan), religious, aspek budaya, kecanduan, keadaan fisik dan lingkungan. Pada angkatan bersenjata dengan pengetahuan tentang kasus khusus dan berfokus pada individu, polisi akan memposisikan diri untuk merencanakan bagaimana untuk bertingkah laku interview dengan tersangka dalam pertanyaan. Engage and Explain adalah fase pertama dalam interview nyata, dimana interview memberitahukan pada tersangka tentang dugaan, hak-hak mereka dan prosedur dalam interview. Disini paling penting interviewer untuk membangun rapport. Meminta tersangka dan mencoba untuk memotivasi untuk menyediakan perspektif pada kunci dari kejadian. Tujuan dari perkenalan ini agar tersangka mengetahui “peta rute” untuk keadilan dan interview dapat berjalan dengan lancar. Dalam fase Account, clarification and challenge, tersangka diminta untuk menceritakan apa yang terjadi selama peristiwa itu dalam pertanyaan-pertanyaan. Interviewer kemudian meminta tersangka untuk menceritakan lagi hal-hal yang tidak konsisten yang perlu diklarifikasi dan ditolak. Pada fase Closure mencakup ringkasan tentang apa yang sudah dikatakan dan mengecek pada tersangka semua yang btelah dimengerti dengan benar. Ini juga penting untuk memberitahukan pada tersangka kemingkinan tentang langkah selanjutnya dalam investigasi memberikan catatan positif tentang interview yang telah dilakukan. Penutupan dengan positif mungkin digunakan untuk menyiapkan cara interview lebih jauh. Fase terakhir dari model PEACE adalah evaluation,membutuhkan polisi untuk mengevaluasi dalam mengugkapkan fakta dalam interviewdan menghubungkan informasi yang ada sebelumnya dan tujuan dari interview. Sebagai tambahan, hal yang penting untuk interviewer mengevaluasi bagaimana mereka berperilaku selama interview dan merefleksikan bagaimana interview dapat ditingkatkan. Tujuan dari model PEACE berisi mengoreksi bukti-bukti yang reliable untuk menemukan kebenaran dari investigasi kriminal, model ini menekankan pada prinsip etis yang berbeda dengan metode kekerasan dan paksaan.

Sebagai penghormatan pengalaman kemanusiaan, Holmberg & Christianson (2002) membuat studi pada pembunuh dan pelanggar seksual, interview polisi diterima dengan kooperatif, akomodating, positi, empati, menolong dan menarik hati. Pengalaman interview secara signifikan dihubungkan secara signifikan dengan respek tersangka. Dan dari beberapa studi menyimpulkan bahwa hasil interview polisi yang kemanusiaan dan memperhatikan prinsip etis akan mengahasilkan pengakuan sungguh-sungguh dari tersangka.

Terapeutik ilmu hulum tumbuh dan bergerak dengan filosofi hukum dalam egalitas dan area praktik hukum. Terapeutik ilmu hukum difokuskan pada permasalahan manusia dan konflik dan menganjurkan polisi, presekutor dan bagian lain dari hukum untuk mengerti konflik hasil social dan efek psikologis individu tercakup didalamnya. Ini terlihat dalam hukum dan prosedurnya sebagai agen terapeutik karena hukum dan eksekusinya dapat mengakibatkan kedua-duanya terapeutik dan anti terapeutik. Tujuan dari terapeutik ilmu hukum adalah untuk mengemabangkan prosedur hukum dan mempromosikan kesejahteraan social dan psikologis dari individu pada tindakan yang berkaitan dengan hukum. Ide ini adalah actor hukum dapat menggunakan teori dan pengetahuan empiris dari ilmu-ilmu perilaku untuk mempengaruhi praktik hukum. Dalam cara ini, ilmu hukum dapat terlihat sebagai alat untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis dalam praktik hukum. Dalam study Holmberg & Christianson (2002) menunjukkan signifikan yang tinggi antara kesejahteraan psikologi dibandingkan dengan merasa sedikit respek, bahkan pelanggar mengakui kriminal mereka. Pengakuan bersalah seharusnya tidak hanya dari investigasi dan perspektif hukum. Pengakuan dalam konteks terapeutik ilmu hukum mungkin juga dibutuhkan pelanggar untuk bekerja menjalankan kriminal. Pengakuan boleh jadi masuk dalam memori pelanggar terhadap tindak kriminalnya dan juga menunjukkan kesejahteraan psikologis mereka yang mana dapat mencegah pelanggaran di masa mendatang.





Sumber :
Davies, Graham, Clive Hollin, Rau Bull. (Eds.). (2008). Forensic Psychology. West Sussex – England : John Wiley & Sons Ltd.

PRINSIP DASAR TEORI PENGUKURAN

I. PENGERTIAN PENGUKURAN

Pengukuran merupakan proses kuantifikasi atau pemberian angka terhadap suatu atribut dan dilakukan dengan cara yang terstandart dan disepakati bersama. Misalnya, kita akan memberikan gambaran mengenai kecepatan mobil. Kita akan memberikan suatu angka yang dapat mendeskripsikan kecepatan tersebut. Untuk itu kita perlu melakukan pengukuran kecepatan. Pernyataan yang mengatakan bahwa sebuah mobil ‘berjalan cepat’ akan memberikan informasi yang tidak cukup akurat mengenai kecepatan karena besarnya subyektivitas makna kecepatan itu. Akan tetapi, apabila kita mengatakan bahwa mobil A berjalan dengan kecepatan 45 km/jam maka angka tersebut dapat memberikan gambaran kuantitatif yang lebih obyektif mengenai kecepatan yang kita maksudkan.
Pengukuran terdiri dari aturan-aturan yang nyata dan jelas untuk menyajikan angka-angka pada suatu obyek sebagai cara merepresentasikan kuantitas sebuah atribut. Ilmu pengukuran digunakan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes, sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel.

II. CIRI-CIRI PENGUKURAN DIMENSI FISIK DAN NON FISIK
Atribut-atribut fisik seperti berat, kecepatan, tinggi, dan semacamnya dihasilkan oleh pengukuran yang menggunakan skala fisik, dan hasilnya dapat disajikan dalam suatu kontinum yang dinamakan kontinum fisik. Sedangkan atribut psikologis seperti kecerdasan (intelegensi), kepribadian, dan semacamnya dapat diukur dengan menggunakan skala psikologis dan hasilnya dapat disajikan dalam suatu kontinum yang dinamakan kontinum psikologis.
Karakteristik pengukuran antara lain :
1) Pengukuran merupakan perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya.
2) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
3) Hasilnya bersifat deskriptif.

DIMENSI FISIK
• Atribut yang diukur kasad mata.
Misalnya mengukur meja, atributnya adalah panjang atau lebar meja.

DIMENSI NON-FISIK (PSIKOLOGIS)
• Atribut yang diukur tidak kasad mata.
Misalnya mengukur motivasi,
Oleh karena itu diukur adalah indikator perilaku yg mencerminkan motivasi sso


Pengukuran harus terstandarisasi. Sebuah pengukuran tidak terstandarisasi jika aturan-aturannya tidak jelas dan tidak praktis digunakan, atau jika memerlukan berbagai macam kemampuan individu pada saat melakukan pengukuran.Pengukuran memerlukan proses abstraksi. Apabila atribut tidak diabstraksi secara nyata dan jelas, maka akan membuat konsep sebuah pengukuran sulit untuk dipahami.
Angka-angka digunakan untuk menyajikan sebuah kuantitas. Perhitungan dalam pengukuran psikologi menyangkut tentang seberapa jauh suatu atribut-atribut menggambarkan sebuah obyek, untuk itu digunakan angka-angka untuk menyajikan jumlahnya.
Obyek dalam psikologi berupa atribut-atribut pada manusia. Misalnya, persepsi tentang sebuah bentuk geometris, atau jumlah kata yang dieja dengan benar. Dalam hal yang lain, obyek bisa berupa obyek material.

III. PROBLEM-PROBLEM YANG TERJADI PADA PROSES PENGUKURAN
• Atribut bersifat latent atau abstrak.
Dalam ilmu psikologi, pengukuran dilakukan pada atribut yang tidak kasat mata seperti intelegensi, kepribadian, dan motivasi. Oleh karena itu, pengukuran dalam psikologi sebenarnya adalah mengukur indicator perilaku yang merepresentasikan atribut yang ingin diukur.
• Indikator perilaku terbatas.
Indicator perilaku yang akan diukur bersifat terbatas, karena
• Respon dipengaruhi variabel lain.
• Atribut tidak bersifat stabil.
• Interpretasi hanya bersifat normatif.

Facebook bisa mengancam kesehatan mental???

facebook mengancam kesehatan mental???
benarkah???
apa ya solusinya???


Facebook adalah salah satu situs jejaring sosial di internet yang sedang marak saat ini. Situs ini diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Namun karena jumlah permintaan yang semakin melonjak, maka pada September 2006 Facebook meluaskan jaringannya sehingga bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja yang memiliki alamat e-mail. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu account baru perharinya serta lebih dari 25 juta user aktif menggunakan Facebook setiap harinya. Rata-rata user tersebut menghabiskan waktu sekitar 19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook.

Di Indonesia sendiri, pengguna Facebook juga merajalela. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai tua juga tidak mau ketinggalan menggunakan situs tersebut. Semakin banyaknya hal-hal menarik yang bisa didapat dari Facebook, maka semakin banyak pula waktu yang diluangkan seseorang untuk mengakses jaringan tersebut. Mulai dari meng-upload foto terbaru, menulis wall, sampai menceritakan segala aktivitas yang dilakukan melalui status. Hal ini bisa menyita waktu dan energi penggunanya dengan sia-sia. Selain itu, juga bisa menghambat dan mengurangi kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi. Menurut laporan terbaru dari The Daily Mail, hal ini bisa memicu seseorang untuk mengisolasikan diri. Ketika seseorang sudah mulai enggan menghadiri social gathering dan lebih memilih berlama-lama di hadapan komputer maupun handphone, maka secara perlahan-lahan kemampuan mereka untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh akan menurun dan tidak berkembang dengan optimal. Hal ini dapat mengurangi kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respon kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.

Laporan terbaru dari The Daily Mail, kecanduan situs jejaring sosial dapat membahayakan kesehatan mental karena hal ini memicu orang untuk mengisolasikan diri dari pergaulan sosialnya dan lebih senang “berinteraksi” dengan komputer atau handphone. Pecandu situs jejaring sosial dapat menderita dementia (kepikunan) yang disebabkan jarangnya mereka berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, mambingungkan respon kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.

Kecanduan Facebook juga memiliki dampak yang kurang baik bagi tubuh. Menurut Dr. Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology, sesungguhnya pertemuan secara langsung (face to face) memiliki pengaruh baik bagi tubuh, di mana pengaruh ini tidak didapat ketika seseorang hanya berkirim e-mail atau mengakses Facebook. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi berubah ketika dua orang sedang berada pada jarak yang dekat. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respon terhadap stres, bereaksi secara berbeda, tergantung seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang.
Masih menurut Dr. Aric Sigman, media elektronik juga dapat menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila terlalu sering menggunakan mouse atau menekan keypad ponsel selama beberapa jam setiap hari, seseorang dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang.penyakit punggung merupakan hal umum yang terjadi pada orang yang menghabiskan terlalu banyak waktunya di depan komputer. Jika pada malam hari seseorang masih sibuk mengakses Facebook, orang tersebut akan kehilangan banyak waktu tidurnya. Kehilangan waktu tidur dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kantuk yang berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Selain itu, menghabiskan banyak waktu di depan komputer juga mengakibatkan orang jarang berolahraga sehingga menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.

Bagaimana cara mengatasinya???

RANCANGAN PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL

Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kesehatan mental pengguna facebook, antara lain:
A. Sosialisasi
Pada tahap ini, para remaja yang kecanduan Facebook diberikan sebuah program sosialisasi tentang pentingnya melakukan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar. Tujuan utama kami bukan untuk “melepaskan” mereka dari pengaksesan Facebook sama sekali, melainkan pengurangan kuantitas dan kualitas mereka dalam penggunaan Facebook. Dalam sosialisasi ini dijelaskan juga bagaimana dampak negatif dari facebook yang dapat mengancam kesehatan mental baik dari sisi fisik, psikis, dan sosial.dalam sosialisasi ini dijelaskan bagaimana prosesnya sampai dapat merugikan kesehatan bahkan sampai menimbulkan beberapa penyakit pada tubuh.

Proses sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui: sekolah, orang tua, dan media massa.

1. Sekolah
Bisa dilakukan dengan cara penempelan poster di mading kelas maupun penulisan artikel mengenai dampak positif-negatif Facebook dalam majalah sekolah.
2. Orang Tua
Orang tua memiliki peranan penting dalam sosialisasi ini karena mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengontrol anak-anaknya. Namun tidak semua orang tua mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teknologi khusunya mengenai pemanfaatan Facebook dan dampaknya. Oleh karena itu pihak sekolah juga perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua, di mana nantinya dibahas mengenai segala kelebihan dan kekurangan menggunakan Facebook
3. Media Massa
Dapat berupa himbauan melalui media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film).

B. Self Management Tipe Antecendent Manipulation
Pada remaja yang kecanduan Facebook, teknik antecedent manipulation dapat diterapkan ketika mereka berada di sekolah. SD yang dapat timbul di sekolah adalah ketika layanan akses internet yang disediakan oleh pihak sekolah (server) membuat para siswa dapat mengakses Facebook, sedangkan yang berperan sebagai controlling behavior adalah pemblokiran akses ke situs Facebook yang dilakukan oleh server dan controlled behavior yang diinginkan adalah mengurangi kecanduan akan Facebook.

C. Punishment
Punishment diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Hal ini bisa diterapkan dengan cara pelarangan penggunaan handphone maupun blackberry ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Jika ada siswa yang diketahui melanggar akan diberikan sanksi, yaitu :
1. Melanggar sekali hukumannya adalah ditegur di depan umum.
2. Melanggar dua kali dihukum mentraktir teman satu kelas.
3. Melanggar tiga kali, handphone maupun blackberry milik murid disita dan anak tersebut disuruh meninggalkan kelas.


DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. (1990). Kesehatan Mental (ed.16). Jakarta: Haji Masagung.

Miltenberg, R.G. (2004). Behavior Modification. New York: Wadsworth.

Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun. (2007). Kesehatan Mental (ed 4). Malang: UMM Press.


http://www.crunchbase.com/company/facebook

http://female.kompas.com/read/xml/2009/02/16/10531962/10.Tanda.Kecanduan.Facebook

http://www.forumkami.com/forum/facebook/10773-kenapa-orang-bergabung-di-facebook.html

Definisi-definisi Asertivitas:

  • Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain
  • Menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
  • Menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990) mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain
  • Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan, keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan,
  • Rathus (1981) memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan yang dianggap tidak layak serta tidak menghina atu meremehkan orang lain.
  • Dapat disimpulkan perilaku asertif adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kategori perilaku asertif


  • Lazarus (1973) adalah orang pertama yang mengidentifikasi secara khusus perilaku asertif. Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negatif, kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan. Rich dan Schroeder (Rakos, l99l) memformulasikan bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan ,mengekspresikan emosi baik secara verbal maupun non verbal.
  • Christoff dan Kelly (Gunarsa, l992) menyimpulkan ada 3 kategori perilaku asertif yaitu : asertif penolakan, yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti misalnya : maaf !, asertif pujian, yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan bersyukur; ketiga adalah asertif permintaan, yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan. Selain ketiga hal tersebut, kemarahan juga termasuk salah satu kategori asertif. Dalam marah, orang menyatakan kejengkelan, ketidak puasan atau ketidak sesuaian antara yang ia harapkan dengan kenyataan yang ia terima.
  • Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
- Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
- Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
- Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
- Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
- Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
- Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
- Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

Referensi:
Gunarsa, S.D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Fensterheim, H. & Baer, J. l980. JanganBilang Ya Bila akan Mengatakan Tidak. (Terjemahan). Jakarta : PT Gunung Jati.

Lazarus, A.a. l976. Patterns of Adjusment. 3rd edition. Tokyo : McGraw Hill Kogakusha Ltd.

Rakos, R.F. l99l. Assertive Behavior : Theory, Research and Training. New York : Routledge.

Rathus, S.A. l986. Essentials of Psychology. New York : Holt Rinehart and Winston.

Taumbman, B. l976. How To Become an Assertive Woman. New York : John Willey and Son Inc.

yuk.... presentasikan diri

ayo kenali diri dan coba presentasikan diri...

nieh diri ku...

  1. Kelebihan:

· Badan tinggi

· Pekerja keras

· Rela berkorban

· Selalu ingin berguna untuk orang lain

· Mandiri

Kelemahan:

· Suka terburu-buru

· Mudah cemas

· Cengeng

· Moody

· Kurang asertif

  1. Saya memetaforakan diri saya dengan pohon kelapa karena pohon kelapa tinggi, begitu indah dan tentram jika kita melihatnya berada dipinggir pantai dengan daunnya yang hijau melambai-lambai. Seperti halnya keinginan saya yang ingin orang lain merasa tentram dengan keberadaan saya. Dan semua yang ada pohon kelapa dapat digunakan untuk apapun seperti saya yang ingin beguna untuk siapapun, semua yang saya lakukan dapat bermanfaat untuk orang lain. Cikal bakal dari buah kelapa yang dapat dibawa oleh arus pantai sehingga dapat hidup dimana saja mencerminkan diri saya yang tetap dapat bertahan hidup dengan mandiri serta dapat beradaptasi dengan segala kondisi lingkungan yang saya hadapi dan dimana saja saya berada akan tetap berguna untuk orang lain. Batang pohonnya yang kokoh postur tubuh saya yang kokoh dan tegap, meskipun gak setinggi pohon kelapa J (gak mungkin kali….) . daun-daunnya yang panjang seperti rambut saya yang panjang, air kelapanya yang segar seperti wajah saya yang selalu segar dan ceria. Ketika mengambil buah dan daunnya pun harus dengan perjuangan yang sangat berat dengan mempertaruhkan jiwa dan raga untuk memanjat, ya seperti kalau mau mendapatkan saya harus dengan perjuangan yang berat juga J (hehehe...........PD banget).

  1. Presentasi Diri:

Nama saya yeni, seorang cewek dari 3 bersaudara yang lahir di tanah papua. Dari segi fisik saya tinggi, agak gemuk, hitam manis, dan mempunyai bahu yang lebar, saya sangat bersyukur diberi fisik dan keadaan seperti sekarang ini, yang Alhamdulillah tidak kurang satu apapun seperti orang pada umumnya. Saya orangnya apa adanya, baik sifat maupun penampilan. Orang-orang terdekat saya sering mengritik tentang penampilan saya yang biasa dan apa adanya tidak seperti cewek-cewek lain yang modis, tetapi saya tetap mempertahankan diri saya yang seperti ini karena menurut saya menjadi diri sendiri itu nyaman sekaligus menyenangkan yang penting penampilan saya itu rapi, sopan dan tidak merugikan orang lain, cuma mungkin kurang menarik saja. Saya selalu berkata pasti ada waktunya untuk berpenampilan menarik, saat sudah bekerja dan mempunyai uang sendiri karena sekarag masih bergantung orang tua dan biaya yang dipakai untuk menjadi cantik fisik itu tidak murah, toh cantik itu sebenarnya tidak dilihat dari fisik saja tetapi bisa dilihat dari kepribadian atau perilaku yang ditampilkan dan itu tergantunng dari orang yang melihat dari sudut pandang mana. Intinya saya ingin dinilai cantik secara keseluruhan, khususnya dari perilaku dan prestasi yang saya torehkan, bukan sekedar fisik semata. Kadang saya bingung, bajulah yang membuat orang itu terlihat cantik ataukah oranglah yang membuat baju itu terlihat bagus. Ya, tetapi saya tetap berpedoman bahwa pada dasarny asemua cewek itu cantik, bahkan semua orang tidak ada yang jelek, karena Allah menciptakan setiap manusia dengan banyak pertimbangan pastinya, dan yang terpentinmg adalah seberapa besar iman dan taqwa kita kepada-Nya.

Saya adalah orang yang berkomitmen dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya, semaksimal mungkin akan saya kerjakan untuk menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan saya. Saya juga pekerja keras yang tidak gengsi melakukan suatu pekerjaan asalkan itu halal dan bisa saya lakukan. Saya tidak mengenal waktu jika itu sudah menjadi tanggung jawab saya.Tetapi saya orangnya mudah cemas dan takut melakukan kesalahan, tidak bisa santai sehingga terlihat ribet dan terburu-terburu dalam suatu hal. Saya juga orangnya agak emosional dan cepat berubah moodnya, ketika ada sesuatu yang kurang berkenan dihati saya maka saya cenderung akan diam dan menampakkan wajah yang tidak suka tetapi saya tetap melanjutkan pekerjaan itu tanpa berkomunikasi dengan orang yang membuat saya jengkel. Saya juga kurang asertif, saya kurang percaya diri dan kurang berani dalam mengungkapkan hal-hal yang tidak sesuai dengan diri cara, saya bingung bagaimana menyampaikan sesuatu tetapi tidak menyinggung persaan orang itu karena saya takut menyakiti perasaan orang lai, kadang saya berpikir biarlah saya yang dirugikan atau disakiti yang penting orang lain tidak sakit gara-gara omongan saya. Saya juga sering mentoleransi kesalahan teman saya, sehingga saya mudah memaafkan meskipun ada sedikit kesalahan yang masih menempel di hati saya tapi lama-kelamaan pasti akan hilang dengan sendirinya, tetapi jika kesalahan itu dilakukan untuk kesekian kalinya dan sama maka saya akan benar-benar marah. Sama halnya dengan menasehati orang, 1 kali, 2 kali, 3 klai saya nasehati tetapi tidak tetap tidak berubah, jangan harap saya kan ngomong untuk yang keempat kalinya, saya tidak akan peduli apapun yang terjadi pada orang itu.

Untuk orang-orang terdekat yang saya sayangi, saya rela berkorban apapun untuk kebahagiaan mereka, karena kebahagiaan saya adalah ketika melihat mereka bahagia, tersenyum dan bangga atas apa yang sudah saya lakukan. dan saya termasuk orang yang cengeng, cepat sekali menangis jika disakiti oleh orang yang saya sayangi atau menonton film yang sedih. Sangat beda dengan penampilan saya menurut orang cewek perkasa. Ya saya sering menyebut diri saya “Walaupun badanku kekar tetapi hatiku Hello kitty”. Orang selalu mengira saya cewek yang tegar tetapi sebenarnya saya adalah cewek yang rapuh. Walaupun begitu saya adalah orang yang mandiri, semua pekerjaan dan kegiatan saya berusaha lakukan sendiri, tidak usah menunggu orang lain. Ada yang mau menemani oke, tidak diantar juga tidak apa-apa, dan saya tidak suka dengan orang yang berkata jika tidak ada yang ngantar maka tidak jadi, manja banget.

Meskipun saya sudah cukup puas dengan keadaan fisik saya tetapi saya masih kurang puas dengan kemampuan yang saya miliki, saya masih merasa kemapuan saya sangat sedikit dibanding orang lain sehingga saya ingin bisa ini dan itu, tetapi kadang juga saya sadar bahwa setiap orang pasti punya kemampuan masing-masing, tidak ada manusia yang sempurna yang bisa semua hal. Ingin saya belajar dan terus belajar tetapi waktu yang tersedia kadang tidak mencukupi, dan kebiasaan membaca belum bisa saya terapkan dalam hidup saya.

Saya kurang suka menerima kritikan, saya akan lebih menerima kalau itu berupa saran tetapi dengan mempertimbangkan keadaan yang sedang saya hadapi. Jika pekerjaan saya yang dikritik pada motivasi untuk mengerjakan akan berkurang, dan timbul kemalasan.

Dalam hidup ini, saya ingin sekali berguna untuk siapa saja, rasanya hidup ini tidak akan sia-sia jika orang lain merasakan keberadaan saya, walaupun hanya hal kecil ingin saya membantu orang yang membutuhkan saya. Semoga hidup saya ini benar-benar dapat berguna, dan saya sangat bahagia jika orang-orang disamping saya bangga dan bahagia memiliki saya.

ayo kenali diri dan coba presentasikan diri...

nieh diri ku...

  1. Kelebihan:

· Badan tinggi

· Pekerja keras

· Rela berkorban

· Selalu ingin berguna untuk orang lain

· Mandiri

Kelemahan:

· Suka terburu-buru

· Mudah cemas

· Cengeng

· Moody

· Kurang asertif

  1. Saya memetaforakan diri saya dengan pohon kelapa karena pohon kelapa tinggi, begitu indah dan tentram jika kita melihatnya berada dipinggir pantai dengan daunnya yang hijau melambai-lambai. Seperti halnya keinginan saya yang ingin orang lain merasa tentram dengan keberadaan saya. Dan semua yang ada pohon kelapa dapat digunakan untuk apapun seperti saya yang ingin beguna untuk siapapun, semua yang saya lakukan dapat bermanfaat untuk orang lain. Cikal bakal dari buah kelapa yang dapat dibawa oleh arus pantai sehingga dapat hidup dimana saja mencerminkan diri saya yang tetap dapat bertahan hidup dengan mandiri serta dapat beradaptasi dengan segala kondisi lingkungan yang saya hadapi dan dimana saja saya berada akan tetap berguna untuk orang lain. Batang pohonnya yang kokoh postur tubuh saya yang kokoh dan tegap, meskipun gak setinggi pohon kelapa J (gak mungkin kali….) . daun-daunnya yang panjang seperti rambut saya yang panjang, air kelapanya yang segar seperti wajah saya yang selalu segar dan ceria. Ketika mengambil buah dan daunnya pun harus dengan perjuangan yang sangat berat dengan mempertaruhkan jiwa dan raga untuk memanjat, ya seperti kalau mau mendapatkan saya harus dengan perjuangan yang berat juga J (hehehe...........PD banget).

  1. Presentasi Diri:

Nama saya yeni, seorang cewek dari 3 bersaudara yang lahir di tanah papua. Dari segi fisik saya tinggi, agak gemuk, hitam manis, dan mempunyai bahu yang lebar, saya sangat bersyukur diberi fisik dan keadaan seperti sekarang ini, yang Alhamdulillah tidak kurang satu apapun seperti orang pada umumnya. Saya orangnya apa adanya, baik sifat maupun penampilan. Orang-orang terdekat saya sering mengritik tentang penampilan saya yang biasa dan apa adanya tidak seperti cewek-cewek lain yang modis, tetapi saya tetap mempertahankan diri saya yang seperti ini karena menurut saya menjadi diri sendiri itu nyaman sekaligus menyenangkan yang penting penampilan saya itu rapi, sopan dan tidak merugikan orang lain, cuma mungkin kurang menarik saja. Saya selalu berkata pasti ada waktunya untuk berpenampilan menarik, saat sudah bekerja dan mempunyai uang sendiri karena sekarag masih bergantung orang tua dan biaya yang dipakai untuk menjadi cantik fisik itu tidak murah, toh cantik itu sebenarnya tidak dilihat dari fisik saja tetapi bisa dilihat dari kepribadian atau perilaku yang ditampilkan dan itu tergantunng dari orang yang melihat dari sudut pandang mana. Intinya saya ingin dinilai cantik secara keseluruhan, khususnya dari perilaku dan prestasi yang saya torehkan, bukan sekedar fisik semata. Kadang saya bingung, bajulah yang membuat orang itu terlihat cantik ataukah oranglah yang membuat baju itu terlihat bagus. Ya, tetapi saya tetap berpedoman bahwa pada dasarny asemua cewek itu cantik, bahkan semua orang tidak ada yang jelek, karena Allah menciptakan setiap manusia dengan banyak pertimbangan pastinya, dan yang terpentinmg adalah seberapa besar iman dan taqwa kita kepada-Nya.

Saya adalah orang yang berkomitmen dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya, semaksimal mungkin akan saya kerjakan untuk menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan saya. Saya juga pekerja keras yang tidak gengsi melakukan suatu pekerjaan asalkan itu halal dan bisa saya lakukan. Saya tidak mengenal waktu jika itu sudah menjadi tanggung jawab saya.Tetapi saya orangnya mudah cemas dan takut melakukan kesalahan, tidak bisa santai sehingga terlihat ribet dan terburu-terburu dalam suatu hal. Saya juga orangnya agak emosional dan cepat berubah moodnya, ketika ada sesuatu yang kurang berkenan dihati saya maka saya cenderung akan diam dan menampakkan wajah yang tidak suka tetapi saya tetap melanjutkan pekerjaan itu tanpa berkomunikasi dengan orang yang membuat saya jengkel. Saya juga kurang asertif, saya kurang percaya diri dan kurang berani dalam mengungkapkan hal-hal yang tidak sesuai dengan diri cara, saya bingung bagaimana menyampaikan sesuatu tetapi tidak menyinggung persaan orang itu karena saya takut menyakiti perasaan orang lai, kadang saya berpikir biarlah saya yang dirugikan atau disakiti yang penting orang lain tidak sakit gara-gara omongan saya. Saya juga sering mentoleransi kesalahan teman saya, sehingga saya mudah memaafkan meskipun ada sedikit kesalahan yang masih menempel di hati saya tapi lama-kelamaan pasti akan hilang dengan sendirinya, tetapi jika kesalahan itu dilakukan untuk kesekian kalinya dan sama maka saya akan benar-benar marah. Sama halnya dengan menasehati orang, 1 kali, 2 kali, 3 klai saya nasehati tetapi tidak tetap tidak berubah, jangan harap saya kan ngomong untuk yang keempat kalinya, saya tidak akan peduli apapun yang terjadi pada orang itu.

Untuk orang-orang terdekat yang saya sayangi, saya rela berkorban apapun untuk kebahagiaan mereka, karena kebahagiaan saya adalah ketika melihat mereka bahagia, tersenyum dan bangga atas apa yang sudah saya lakukan. dan saya termasuk orang yang cengeng, cepat sekali menangis jika disakiti oleh orang yang saya sayangi atau menonton film yang sedih. Sangat beda dengan penampilan saya menurut orang cewek perkasa. Ya saya sering menyebut diri saya “Walaupun badanku kekar tetapi hatiku Hello kitty”. Orang selalu mengira saya cewek yang tegar tetapi sebenarnya saya adalah cewek yang rapuh. Walaupun begitu saya adalah orang yang mandiri, semua pekerjaan dan kegiatan saya berusaha lakukan sendiri, tidak usah menunggu orang lain. Ada yang mau menemani oke, tidak diantar juga tidak apa-apa, dan saya tidak suka dengan orang yang berkata jika tidak ada yang ngantar maka tidak jadi, manja banget.

Meskipun saya sudah cukup puas dengan keadaan fisik saya tetapi saya masih kurang puas dengan kemampuan yang saya miliki, saya masih merasa kemapuan saya sangat sedikit dibanding orang lain sehingga saya ingin bisa ini dan itu, tetapi kadang juga saya sadar bahwa setiap orang pasti punya kemampuan masing-masing, tidak ada manusia yang sempurna yang bisa semua hal. Ingin saya belajar dan terus belajar tetapi waktu yang tersedia kadang tidak mencukupi, dan kebiasaan membaca belum bisa saya terapkan dalam hidup saya.

Saya kurang suka menerima kritikan, saya akan lebih menerima kalau itu berupa saran tetapi dengan mempertimbangkan keadaan yang sedang saya hadapi. Jika pekerjaan saya yang dikritik pada motivasi untuk mengerjakan akan berkurang, dan timbul kemalasan.

Dalam hidup ini, saya ingin sekali berguna untuk siapa saja, rasanya hidup ini tidak akan sia-sia jika orang lain merasakan keberadaan saya, walaupun hanya hal kecil ingin saya membantu orang yang membutuhkan saya. Semoga hidup saya ini benar-benar dapat berguna, dan saya sangat bahagia jika orang-orang disamping saya bangga dan bahagia memiliki saya.