BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 22 Mei 2010

DEPRESI

Depresi merupakan kondisi emosionalyang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan perasaan bersalah, menarik dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan dan hasrat seksul, serta minat kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi sering kali berhubungan atau komorbid dengan berbagai masalah psikologis lain seperti serangan panic, penyalahgunaan zat, disfungsi seksual, dan gangguan kepribadian. Orang sangat sulit untuk memusatkan pikiran sehingga itu hal merupakan hal yang sangat melelahkan. Mereka tidak dapat dengan mudah memahami apa yang mereka baca dan apa yang katakan pada mereka. Orang-orang yang depresi bebeicara dengan lambat, setelah lama terdiam, hanya menggunakan beberapa kata dan nada suara rendah secara monoton. Banyak yang lebih suka duduk sendirian dan berdiam diri. Kadang mereka bergerak cepat, meremas tangan, selalu mengeluarkan suara mengeluh dan menyampaikan keluhan.

Bila orang yang depresi dihadapkan pada suatu masalah, mereka tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya. Setiap moment menjadi sangat berat dan kepala mereka terus menerus dipenuhi dengan pikiran menyalahkan diri sendiri. Orang-orang yang depresi dapat mengabaikan kebersihan dan penampilan merekadiri serta mengeluhkan berbagai simtom-somatik tanpa gangguan fisik yang jelas (Simon dkk, 1999). Mereka merasa sangat berkecil hati dan benar-benar tidak memiliki harapan serta inisiatif, mereka selalu merasa khawatir, cemas, dan pesimis hamper sepanjang waktu.
Depresi pada anak-anak sering kali mengakibatkan keluhan somatik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sedangkan pada orang tua, depresi sering kali ditandai oleh ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan keluhan hilangnya memori.

Kriteria depresi dalam DSM-IV-TR:
  • Mood sedih dan tertekan, hampir sepanjang hari, hampir setiap hari selama dua minggu atau kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala dibawah ini
  • Sulit tidur (insomnia); pada awalnya tidak dapat tidur, tidak dapat tertidur bila terbangun ditengah malam, dan bangun pada dini hari atau pada beberapa pasien, keinginan untuk tidur selama mungkin.
  • Perubahan kadar aktivitas, menjadi lemas (retardasi psikomotorik) atau terlalu bersemangat.
  • Nafsu makan sangat berkurang dan berat badan turun, atau nafsu makan meningkat dan berat badan bertambah. Kehilangan energy, sangat fatik. Konsep diri negatif, menuding dan menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berarti dan bersalah.
  • Mengeluh sulit berkonsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir dan tidak dapat mengambil keputusan
  • Pikiran tentang kematian dan bunuh diri yang terus menerus timbul.

Depresi memiliki kecederungan untuk berulang. Sekitar 80% penderita kembali mengalami episode,dan rata-rata jumlah episode, yang umumnya berlangsung selama tiga sampai lima bulan adalah sekitar empat episode (Judd, 1997). Sejumlah studi menyatakan bahwa para penderita depresi menunjukkan lebih sedikit ekspresi wajah positif dan menuturkan memiliki lebih sedikit emosi yang menyenangkan ketika mendapatkan stimulus yang menyenangkandibanding dengan orang-orang yang tidak menderita depresi ( Berenbaum & Oltmans, 1992). Orang-orang yang mengalami depresi memilki skor afek negatif yang tinggi, skor afek positif dan kecemasan yang rendah.

Simptom atau gejala depresi cukup bervariasi bergantung pada tingkatan usia dan variasi antar budaya. Depresi pada anak-anak sering kali mengakibatkan keluhan somatik, seperti sakit kepala dan sakit perut. Sedangkan pada orang tua, depresi sering kali ditandai oleh ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan keluhan hilangnya memori.. Depresi yang bergantung pada usia adalah depresi yang terjadi pada anak-anak dan remaja, dimana pada variasi ini faktor genetik sangat memegang peranan. Interaksi orang tua yang negatif juga menyebabkan terjadinya depresi pada anak. Anak-anak yang mengalami depresi memiliki keterampilan sosial yang rendah dan hubungn yang tidak baik dengan teman maupun dengan saudara kandungnya. Kritisme yang sering disampaikan orang tua dapat merusak rasa kompetensi anak dan manda diri si anak(Cole & Turner, 1993; Stark dkk., 1996).

Dalam tulisannya yang terkenal “Mourning and Melancholia”, Freud (1917/1950) berteori bahwa potensi depresi diciptakan pada awal masa anak-anak. Dalam periode oral, kebutuhan seorang anak dapat kurang terpenuhi atau justru berlebihan, sehingga menyebabkan orang terfiksasi pada tahap ini dan bergantung pada pemenuhan kebutuhan instingtual yang merupakan ciri dati tahapan ini. Terbawanya fiksasi pada masa oral tersebut dalam tahap kematangan psikososial dapat membuat individu menjadi orang yang sangat bergantung pada orang lain untuk mempertahankan harga dirinya. Menurut teori psikoanalisa, depresi masa anak-anak juga menjadi kecenderungan individu pada masa dewasa karena adanya analisis rasa duka. Freud mengemukakan hipotesis bahwa setelah kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian ataupun kurangnya kasih sayang atau perhatian dari orang tua yang sering terjadi pada anak-anak, maka akan menyebabkan orang tersebut akan meleburkan dirinya dengan orang yang telah meninggalkannya, mungkin sebagai upaya sia-sia untuk mengembalikan kehilangkan tersebut. Karena, Freud berpendapat, secara tidak sadar ita menyimpan berbagai perasaan negatif terhadap orang-orang yang kita cintai, orang yang bersangkutan kemudian menjadi obyek kebencian dan kemarahannya sendiri. Selain itu, orang yang bersangkutan tidak suka diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap orang yang meninggalkannya tersebut.

Menurut teori tersebut, kemarahan orang yang ditinggalkan terhadap orang yang meninggalkannya akan dipendam dan berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan. Orang yang tidak mandiri diyakini sangat rentan mengalami depresi. Teori ini merupakan dasar pandang psikodinamika yang diterima secara luas yang menganggap depresi sebagai kemarahan terpendam yang berbalik menyerang diri sendiri.


Referensi:

Davidson, Geralld, dkk. 2006. Psikologi Abnormal (Terjemahan) (Ed.9). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

0 komentar: